Senin, 08 Juli 2013

Kurangnya Mutu pelayanan di Rumah sakit



Kenapa mutu pelayanan Rumah Sakit di Indonesia masih rendah, terutama di Sumatera Barat ?
            Mutu pelayanan Rumah Sakit di Indonesia masih rendah, terutama di Sumatera Barat di karenakan banyak Rumah Sakit di Sumatera Barat tidak memberikan pelayanan yang baik dan sesuai kepada pasien. Seperti banyaknya pasien yang terlentar dalam pelayanan terutama yang menggunakan kartu Jamkesmas, Jamkesda, dan lain-lain. Dan banyaknya pasien yang mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak ramah, tidak sopan dan tidak menghargai pasiennya. Serta bayaknya pasien yang meninggal sebelum mendapatkan perawatan di dalam Rumah Sakit, karena sulitnya pengurusan administrasi di Rumah Sakit.
            Contohnya seperti artikel ini :
“Biaya Operasi Vanesha Terbentur Jamkesda”
Ditulis oleh Teguh   Senin, 30 Juli 2012 02:25

http://www.harianhaluan.com/images/stories/Berita7/300712/khas.jpgSensitivitas dan kedermawanan masyarakat terhadap masalah sosial dan yang kurang mampu, tampaknya belum memudar kendati kehidupan modern membuat manusia kian teralienasi. Merasakan derita orang lain dan meringankan bebannya sekaligus, banyak cara dilakukan publik. Derita panjang Yulia Vanesha, yang terduga karena tumor di lingkaran matanya, menyulut empati banyak orang. Empati itu berwujud dibentuknya, salah sa­tunya, dengan mendirikan grup di jejaring sosial Facebook. Grup itu disebut “Kita Semua Peduli Vanesha” diprakarsai be­berapa orang sekaligus adminnya, yaitu Otrina Yensih (Bengkulu), Ismail Malay (Muaro Bungo), Pajok Zondra Volta (Padang), Rina Kakak El-Faraby, dan Supriadi Rusit (Papua). Kini anggota grup ini telah mencapai 350 orang user Facebook.
Penggalangan dana untuk mem­bantu biaya operasi Yulia Vanesha, untuk tahap dua sampai Sabtu (28/7) lalu telah terkumpul uang sebesar  Rp5.000.000. Dana yang terkumpul di grup Facebook ini telah diserah­kan kepada orangtua Yulia Vanesha, Yasmiati dan Rudi Hartono Sabtu lalu di RSU M Djamil Padang di tempat Yulia sedang dirawat. Dana ini rencananya akan digunakan untuk biaya pengobatan gadis kecil yang didiagnosa men­derita tumor ganas di bagian mata. Walaupun dana telah diserahkan, namun dirasa untuk biaya pengo­batan sampai sembuh bagi gadis kecil ini dirasa belum cukup.
Hingga sekarang, kedua lingkar mata Vanesha makin membengkak besar dan berwarna biru agak menghitam. Tampak juga menge­luarkan daging berwarna merah yang telah menutupi bagian mata sebelah kirinya. Kondisi tubuhnya yang kurus membuat ia didiagnosa memiliki gizi buruk. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan hingga saat ini masih berkutat masalah birokrasi yang tak jelas ujung pangkalnya terkait dengan jam­kesda(nas) Yulia Vanesha. Jika jamkesda ini bisa dikeluarkan Pemerintah Pesisir Selatan, tentu Yulia Vanensha bisa segera dita­ngani tim dokter.
Ismail Malay, salah seorang  anggota grup “Kita Semua Peduli Vanesha” menulis tentang keti­dakacuhan Pemerintah Pesisir Selatan terhadap kondisi Yulia Vanesha di dinding grup itu. “Kami masih menuggu tang­gapan dari Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, termasuk wali­nagari dan camat Basa IV Balai, terkait masalah kamkesmas anan­da Vanesha. Untuk saudara keta­hui, biaya pengobatan Vanesha sampai sembuh tidak kurang dari 80 juta rupiah,” tulis Ismail Malay. Rina Kakak El-Faraby anggota grup lainnya menulis, masuk akalkah anak kita umur 1,8 tahun berat badannya 3 kg, ini termasuk gizi buruk.
“Kemana hati nurani kita se­mua. Vanesha mengalami penyakit menderita gizi buruk juga. Apa yang kamu banggakan dengan jabatan Eselon I, Eselon II, Exslon III dan Eselon IV di Tapan. Belajarlah buat peduli kepada orang tak punya. Doa orang miskin dan teraniaya lebih didengarkan dari pada doa-doa saudara yang kaya dan tidak peduli ke masyarakat miskin,” tulis Rina. Rudi Hartono dan Yasneti yang merupakan orang tua dari gadis kecil malang ini sangat gembira menerima bantuan dana dari para dermawan ini. Rudi yang dahulu merupakan tukang becak di derah Tapan Pesisir Selatan saat ini tidak bekerja lagi. Ini dikarenakan ia tidak tega meninggalkan kondisi anaknya yang tengah menderita sakit parah. “Kalaupun bekerja, uang hasil menarik becak itu juga tidak cukup untuk pengobatan putrid saya,” begitu tutur Rudi Hartono.
Pejabat Pemberi Informasi  (PPI) RSU M Djamil Padang, Gustafianof menyebutkan bahwa keadaan umum dari Vanesha agak jelek. Selain ada permasalahan bahwa diperutnya ada tumor yang telah menyebar ke mata dan ke hati. Penanganan yang diberikan dokter bagaimana penyakit ini tidak berkembang. “Jadi keadaan dari Vanesha ini telah berat, walaupun begitu kita tidak boleh putus asa. Begitu juga dengan tim medis akan berusaha untuk melakukan tindakan beri­kutnya,” terang Gustafianof. Dijelaskannya, adapun tindakan berikutnya itu seperti kemoterapi. Kondisi kesehatan Vanesha agak menurun dari biasanya. Di mana ia masuk ke RS M Djamil dengan kondisi yang telah berat. “Mudah-mudahan untuk kemoterapi bisa diperoleh dari jamkesda. Hal ini kalau pengurusan Jamkesda bisa diusahankan. Kalau tidak ia harus membayar melalui biaya umum,” kata Gustafianof.
Untuk perkiraan biaya, Vanesha juga butuh biaya-biaya lain. Biaya yang tidak tercover dengan biaya jamkesda. Selanjutnya untuk biaya hidup sehari-hari seperti kebutuhan makan ia dan ibunya. Dimana perkiraan biayanya cukup besar puluhan juta. Untuk biaya perawatan, Gusta­fianof mengatakan Vanehsa masuk kepada pasien umum, karena tidak ada jaminan baik dari pihak Pem­kab Pessel ataupun Dinas Kese­hatan. Pihak rumah sakit pun tidak pernah menerima jaminan kese­hatan dari Vanesha.
“Ketika kita memikirkan kondisi terburuknya yakni terbentur dari pengurusan jaminan kesehatan, maka mekanismenya  adalah berhutang, kalau betul-betul tidak mampu, ada cara lain seperti pengurangan hutang kalau keadaan­nya benar-benar mendesak. Tapi pengurusan hal seperti ini langkah-langkah dan tahapan yang harus dilalui,” begitu tutup Gustafianof. Bagi para dermawan yang tersen­tuh hatinya untuk membantu Vane­sha bisa menyalurkan dana ke no rekening Bank Rakyat Indo­nesia (BRI) 0160 010 116 66508  atas nama Ismail. (Laporan Dara Purnama)
Dari contoh artikel di atas dapat kita ketahui seberapa rumitnya seorang pasien ingin mendapatkan pelayanan yang di berikan oleh petugas kesehatan Rumah Sakit M Djamil Padang kepada pasiennya.
SOLUSI
            Menurut saya seharusnya pihak Rumah Sakit mempercepat masyarakat dalam proses administrasi bukan malah mempersulitnya dengan berbagai macam hal yang tidak penting, padahal pasien membutuhkan perawatan yang cepat dan tepat. Serta pihak rumah sakit harus   memberlakukan sanksi kepada petugas kesehatan, apabila terdapat pengaduan dari pasien yang mengalami ketidak ramahan dari petugas kesehatan. Serta seharusnya pemerintah harus memberikan sanksi kepada Rumah Sakit yang memberikan pelayanan buruk pada pasiennya. Dan juga pemerintah harus mempermudah masyarakat dalam mendapatkan jamkesmas ataupun jamkesda bukan malah memperbelit-belitnya.

1 komentar:

  1. jika teman-teman semua menginginkan artikel atau makalah dengan judul yang berbeda silahkan coment di sini, kami akan menyediakan paling lama dalam waktu 1 jam

    BalasHapus