BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.Bencana, Klasifikasi Bencana dan Peranan Ahli Epidemiologi dalam
Bencana
2.1.1. Pengertian :
Bencana suatu malapetaka yang luar biasa, baik yang disebabkan gejala alam
maupun hasil perbuatan manusia, dapat merusak tempat tinggal, mengacaukan
kehidupan bermasyarakat serta menyebabkan kesakitan dan kematian yang
signifikan, dimana melampaui kemampuan kapasitas normal dari populasi yang
terkena. Merujuk pada dampak yang besar terhadap kesehatan manusia, Majelis
Umum PBB telah mendeklarasikan dekade 90 – an sebagai dekade internasional
untuk pengurangan bencana alam dan telah mengajak peran dunia secara global
untuk bersama-sama mengurangi efek dari peristiwa-peristiwa buruk ini.
2.1.2. Klasifikasi bencana
Menurut Penyebab :
a.
Alam : co.
gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat kekeringan (banjir dan
angin taufan)
b.
Perbuatan
manusia : co. kecelakaan kimia atau perang.
Menurut Perkiraan :
a.
Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan,
b.
Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.
Menurut Waktu Berlangsungnya :
a.
Singkat saja
: angin tornado, gempa bumi
b.
Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.
Menurut Frekuensi :
a.
Sering :
angin tornado dan taufan,
b.
Jarang :
mencairnya reaktor-reaktor nuklir.
Menurut Dampak :
a.
Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi
b.
Relatif kecil
orang : runtuhnya jembatan.
2.1.3. Peran ahli epidemiologi pasca bencana :
Keseluruhan
ciri-ciri bencana ini adalah hal-hal yang dirasakan sangat merugikan bagi
mereka yang mengalaminya dan mempengaruhi kemampuan suatu masyarakat dalam
meresponnya. Para ahli epidemiologi dapat menyediakan tepat pada waktunya,
penaksiran tentang problem-problem kesehatan berkaitan dengan suatu bencana sebagai
usaha untuk membantu pemberian tindakan penggolongan yang efektif dan tepat,
serta untuk mencegah konsekuensi-konsekuensi yang sama pada bencana yang
mungkin terjadi di masa depan.
2.2. Sasaran Surveilans Epidemiologi Pasca Bencana
2.2.1. Ruang Lingkup :
1.
Penilaian
segera distribusi dan faktor penentu peristiwa-peristiwa kematian, sakit, dan
cedera terkait bencana.
2.
Menentukan
masalah paling dini dan menyesuaikan dengan tindakan terencana dan tepat.
3.
Memberikan
informasi yang dapat dipercaya tentang konsekuensi kesehatan akibat bencana.
4.
Melakukan survei dan
penyelidikan
5.
Memberi saran
terhadap problem kesehatan yang mungkin meningkat.
6.
Membuat
prioritas tindakan yang akan dilakukan
2.2.2. Tujuan :
Tujuan utama
dari surveilans epidemiologi adalah untuk mencegah dan mengurangi efek yang
merugikan dari bencana itu sendiri seiring dengan usaha untuk mengoptimalkan
proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan manajemen pertolongan. Tujuan epidemiologi ini secara mudah didefinisikan dalam lingkungan
pengawasan meliputi : pengumpulan data, analisis terhadap data, dan respon
terhadap data.
2.2.3. Teknik epidemiologi :
Belakangan ini tehnik-tehnik epidemiologi telah secara efektif
diperkenalkan sebagai komponen dasar pada banyak operasi-operasi pertolongan
bencana, yaitu :
a.
Mendefenisikan secara cepat problem-problem awal kesehatan dan
perkembangannya
b.
Mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam populasi yang cenderung terkena
risiko yang merugikan
c.
Mengoptimalkan
usaha pertolongan
d.
Mengawasi keefektifan usaha pertolongan dan memberikan anjuran tentang
pengurangan konsekuensi-konsekuensi buruk terhadap bencana yang akan datang.
2.3. Pertimbangan
– pertimbangan khusus terhadap epidemiologi bencana
Prinsip dasar dari pengawasan epidemiologi terhadap suatu bencana adalah
tidak berbeda dengan pengawasan yang diaplikasi pada bidang-bidang yang lain. Lingkaran pengawasan yang terus menerus berubah :
a.
Penilaian sepintas lalu terhadap problem dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang belum
sempurna
b.
Penilaian jangka pendek meliputi pembuatan data yang sederhana namun terpercaya sumbernya
c.
Melakukan pengawasan terus-menerus untuk mengidentifikasi masalah yang
berkelanjutan dan memonitor respon dari intervensi yang dipilih.
d.
Membandingkan antara korban dengan yang selamat dan mempelajari apa yang
bisa dilakukan dalam mencegah korban manusia pada bencana berikutnya.
Sukses dari investigasi epidemik bencana dapat dilihat dari bagaimana pengumpulan dan penganalisaan data dapat
mengidentifikasi strategi-strategi pencegahan, dan bagaimana strategi- strategi
ini dapat secara efektif diterapkan oleh pembuat keputusan dalam memberi
pertolongan langsung dan menurunkan kesakitan yang terus-menerus terjadi. Usaha-usaha
ini membutuhkan koordinasi yang aktif diantara ahli-ahli epidemiologi yang
mengumpulkan data dan mengidentifikasi strategi-strategi terhadap masalah
dengan para pembuat keputusan yang mengerti data dan strategi tersebut dan
menerapkan dalam kebijakan yang diminta.
Bidang metode pengawasan bervariasi
tergantung bencana dan ketersediaan waktu serta personil :
a.
Bidang awal
penyelidikan mencegah kecelakaan yang berakibat kematian.
b.
Survei
ketersediaan perawatan medis, penilaian akan kebutuhan intervensi yang spesifik
dan kontrol epidemik
c.
Memonitor
dampak dari pertolongan yang dilakukan dan menentukan apakah usaha yang
dilakukan memberi dampak terhadap populasi atau apakah suatu strategi baru
dibutuhkan atau tidak.
d.
Pengawasan
bersifat interaktif yakni sebuah proses bersiklus dimana hasil kesehatan
sederhana secara konstant dimonitor dan intervensi secara berkelanjutan
diperkirakan kemampuannya.
Tujuan dan tindakan pertolongan haruslah dapat menolong populasi untuk
memulihkan diri secara cepat, seperti sediakala sebelum bencana terjadi
sementara bantuan berupa uang diperlukan sebagai jaminan terhadap efek jangka
panjang. Pada fase awal pertolongan kebutuhan dasar seperti : air, makanan,
pakaian, tempat tinggal dan perawatan medis mesti tersedia. Penilaian
epidemiologi, prioritasi kebutuhan dan perencanaan yang tepat dapat memberikan
efek keuntungan utama bagi masyarakat dalam usaha untuk kembali kekeadaan
normal baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebuah obsevasi ulang terhadap beberapa bencana baru-baru ini menunjukkan
bahwa konsekuensi bencana terhadap kesehatan, paling berat menimpa masyarakat
yang tinggal dinegara-negara berkembang. Contoh, gempa bumi dengan kekuatan 6-7
skala richter, menimbulkan korban jiwa yang besar di Peru (1970), Nicaragua
(1972), Guatemala (1976), Tangshan China (1976) dan Armenia (1978). Bencana
dengan kekuatan yang sama menimpa California, menyebabkan masalah-masalah
kesehatan yang minim, selain kerugian properti. Negara-negara industri
terlindungi dari bencana sebab kemampuan mereka dalam memperkirakan adanya
badai, membuat kode keamanan penanda gempa, bangunan-bangunan yang anti
kebakaran, memanfaatkan jaringan komunikasi dalam menyebarluaskan peringatan
akan bencana, menyediakan pelayanan medis, dan menyusun rencana persiapan
penduduk dan institusi umum bila terjadi bencana.
2.4. Beberapa
masalah epidemiologi dalam surveilans bencana
- Pertolongan terhadap kelaparan
Pada tahun 1957, Sayler dan Gordon dalam salah satu reviuw paling awal
tentang peran dan penilaian epidemiologi setelah bencana alam, membandingkan
bencana dengan epidemi dan menyarakan bahwa bencana dapat dijelaskan dalam
kerangka epidemiologi yang berkaitan dengan waktu, tempat dan orang. Konsep ini telah diaplikasikan sejak tahun 1960 untuk membantu operasi
internasional secara besar-besaran dalam mengatasi bencana kelaparan akibat
perang saudara di Negeria. Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei
baru dan metode untuk secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang
mengungsi, dan usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya
memonitor status nutrisi populasi sbg respon atas kualitas dan tipe makanan
yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak
tersediaan secara optimal dari distribusi makanan sementara kondisi kesehatan
terus-menerus berubah. Sejak itulah, pengawasan nutrisi dan distribusi makanan
menjadi bagian dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan, terhadap
penduduk yang mengungsi.
b. Kontrol Epidemik ; Kantor Pengaduan
Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi
pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran
/ mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor
pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor
berkembangnya issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat
serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin
terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak
hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga
terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.
c. Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas,
tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi,
namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau
berapa banyak yang jatuh sakit.
Para ahli epidemiologi mesti mengidentifikasi konsekuensi terhadap
kesehatan yang paling berat dan bencana yang masih bisa dicegah dengan suatu
tindakan aktif, intervensi yang terarah baik, dan penyusunan kerangka prioritas
untuk kemudian melaporkannya pada pengambil keputusan. Proritas-prioritas
mungkin berbeda pada masing-masing bencana, para epidemiologis dengan cepat
namun tepat membuat suatu perencanaan. Contoh ; kebanyakan kematian akibat
gempa bumi terjadi sebagai dampak langsung, maka kebanyakan tindakan pencegahan
terhadap kematian lebih lanjut adalah berupa perawatan segera mereka yang
terluka ataupun segera membebaskan mereka yang terperangkap pada bangunan yang
runtuh. Pada saat yang bersamaan, perhatian yang sama harus pula diberikan pada
dampak gempa bumi tersebut terhadap kerusakan penampungan makanan dan suplai
air, jaringan transportasi dan telekomunikasi serta masalah lain yang berkaitan
dengan akses pada layanan kesehatan bagi mereka yang selamat hingga
terhindarkan dari kondisi yang buruk.
Contoh tahun 1979 ketika sekitar kurang lebih ± 30.000 rakyat Kamboja tiba
sebagai pengungsi di Thailand. Menyelamatkan diri mereka dari perang, tiba di
Thailand dengan kondisi kelelahan, kekurangan makanan, cedera dan bahkan
terkena infeksi malaria berat. Kematian mereka kemudian diketahui dunia ketiga,
dilaporkan setiap hari ada kematian. Akhirnya usaha pertolongan internasional
secara besar dilakukan, namun tidak ada informasi tersedia sebelumnya yang
digunakan dalam menentukan target operasi. Tujuan pengawasan sesegera mungkin
adalah untuk mengidentifikasi pencegahan dini terhadap kematian dan untuk
memutuskannya sebagai prioritas utama untuk pertolongan. Tujuan kedua
pengawasan adalah untuk memonitor kematian dan kesakitan untuk menyakinkan
apakah usaha pertolongan yang dilakukan cukup efektif. Dalam keadaan data
epidemiologi, banyak media menggambarkan bahwa para pengungsi sudah hidup di
kompleks kematian, dan diperparah lagi kondisi ini dengan usaha-usaha
pertolongan yang gagal karena tidak mampu mencegah kematian secepatnya.
Pengawasan epidemiologi secara cepat menyiapkan data-data mengenai angka
kematian, mengidentifikasi malaria sebagai penyebab utama kematian, dan
perumahsakitan orang, dan kemudian membuat strategi-strategi yang spesifik untuk
perawatan malaria, celebral yang agresif, sebagai penyebab utama kematian.
Penurunan secara cepat kematian selama minggu pertama dari usaha pertolongan,
berkaitan secara langsung dengan penargetan dengan masalah utama yang tepat.
Pengumpulan data-data yang sederhana pada angka harian dan dengan penyebab
utama kematian dan pengakuan dari rumah sakit, penggunaan bidang survei dasar
yang ditargetkan terhadap permintaan pertolongan spesifik, dan persiapan dari
pengawasan mingguan yang singkat. Membuat usaha pertolongan menjadi bersifat
responsif (tanggap) terhadap kebutuhan kesehatan yang mendesak dikompleks serta
menyediakan informasi yang dapat dipercaya baik untuk organisasi donor maupun
untuk pers. Kemudian penggunaan tim epidemiologi untuk mengumpulkan data,
mengidentifikasi prioritas, dan monitoring keefektifan usaha yang dilakukan
telah menjadi bagian terintegrasi dari banyak usaha pertolongan dan bantuan
internasional.
- Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.
Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan
cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah
(kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan
menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis
yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada
pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat. Survei yang
cepat dengan jumlah korban yang falid membutuhkan perhatian khusus berdasarkan
perjalanan kondisi penyakit atau cederanya akan memberikan dampak langsung
terhadap respon sehingga dapat ditingkatkan lebih baik, sekali lagi
mengidentifikasi kebutuhan dan memonitor efek dari intervensi adalah merupakan
fungsi epidemiologi yang sangat penting.
- Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu
Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan
dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting,
kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana,
seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa
personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan
material yang tidak diperlukan. Vaksin untuk kolera dan demam typus tidak
pernah dipakai sesudah bencana, namun selalu saja ditawarkan, hal ini menurut
para politisi dan personil lokal berada dalam posisi yang kurang nyaman, namun
tepat untuk berkata “tidak“.
Bencana juga sering mempercepat desakan yang bersifat altruistik (bersifat
tidak mementingkan orang lain) diantar para profesional kesehatan, sebagai
contoh : tidak kurang dari 30.000 dokter dan perawat dari Amerika Serikat,
Eropa, Amerika Latin dan Asia bekerja secara sukarela terhadap para pengungsi
kamboja pada tahun 1979 – 1980. Kebutuhan dibatasi jumlahnya, hanya orang
dengan pengalaman dan keterampilan khusus yang diminta dan usaha seleksi
terhadap personil yang tepat sering kali amat sulit, bergantung pada tekanan
yang dibebani oleh para pembuat keputusan. Para epidemiologis sering dapat
melakukan survei untuk menaksir apakah intervensi yang dilakukan donor secara
sukarela dan dengan maksud politik tertentu adalah sesuai dengan kebutuhan.
- Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana Yang Akan Datang
Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut
jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu
sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering
direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang
mendalam. Sekarang ini, para ahli epidemiologi telah memfokuskan pada penilaian
strategi apa yang terbaik untuk mencegah kesakitan terkait bencana ini. Suatu
pertanyaan timbul menurut suatu model kasus-kontrol ; mengapa beberapa orang
meninggal (kasus) sementara tetangga, anggota keluarga ataupun lainnya selamat
(kontrol), faktor-faktor risiko dari kemampuan untuk bertahan (selamat)
tergantung pada pengetahuan dan perhatian pada peringatan bencana seperti :
peringatan terjadi tornado. Pengambil tindakan yang bersifat menghindari dan
ketersediaan perawatan medis, hingga pada masalah-masalah struktural seperti
bahan bangunan yang dipakai diarea sering terjadi bencana tersebut.
Analisis-analisis seperti ini setelah terjadinya gempa bumi dan tornado telah
menghasilkan informasi-informasi baru yang telah merubah pola pikir tradisional
kita tentang pencegahan kematian terkait bencana, contohnya ; pada tornado
Wichita Falls pada 1979, banyak orang meninggal ketika melarikan diri dari
tornado menggunakan mobil, berdasarkan saran yang diberikan layanan cuaca waktu
itu, sebuah analisis epidemiologi menentukan bahwa orang-orang yang menggunakan
kendaraan bermotor ataupun rumah mobil, memiliki 10 – 80 kali lebih besar
risiko kematian atau terluka parah dibanding mereka yang berlindung diruang
bawah tanah atau tempat perlindungan yang disediakan pada gedung-gedung besar
milik umum. Berdasarkan penemuan ini, maka peringatan dan anjuran secara
nasional untuk mencegah kematian akibat tornado telah berubah sejak itu.
Demikian pula pada kematian akibat gempa bumi yang langsung dikaitkan dengan
praktek-praktek konstruksi mengkonfirmasikan perlunya kode bangunan penanda
gempa, dan latihan menyelamatkan diri bila tanda gempa awal telah muncul.
Bagaimanapun, bahkan dinegara-negara berkembang, metode konstruksi yang simpel
yang secara epidemiologi bersifat melindungi diri dari efek merusak gempa bumi
telah tersedia. Masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengoreksi peringatan
dan anjuran yang konvensional.
- Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan
Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada
evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan
dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan
jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat bangunan,
memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana.
Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli
terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Para ahli epidemiologi yang terlibat dalam penafsiran bencana menghadapi
sejumlah masalah–masalah spesifik berkaitan dengan lingkungan politik dan
perubahan yang cepat dari profil kesehatan, kebutuhan dan kesempatan dalam
melakukan suatu intervensi. Data mesti dikumpulkan secara cepat dibawah kondisi
amat buruk. Informasi epidemiologi itu kemudian harus diaplikasikan pada proses
keputusan agar dalam menentukan suplai pertolongan, peralatan dan personal yang
dibutuhkan, bisa lebih efektif. Standarisasi
prosedur dalam mengumpulkan data-data bencana perlu dikembangkan karena terkait
dengan keputusan operasional dan tindakan yang dilakukan.
Metode epidemiologi yang beraneka ragam telah mendemostrasikan pentingnya
hal-hal tertentu, sebelum, selama dan sesudah bencana. Sebelum bencana,
energi difokuskan dalam menggambarkan risiko-risiko yang dihadapai penduduk,
dan perkiraan persiapan darurat sesuai derajat bencana, fleksibilitas dan
pengawasan yang telah ada dan pada pelatihan personil. Selama kejadian,
perawatan kesehatan perlu bagi populasi yang terkena dan kebutuhan akan layanan
darurat perlu diperkirakan sebelumnya secara cepat dengan tujuan untuk mencegah
kematian, cedera ataupun sakit. Pada fase sesudah bencana,
monitoring berkelanjutan dan pengawasan terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi populasi harus dilakukan, demikian pula dengan informasi mengenai
keefektifan informasi yang telah dilakukan, biasa diminta. Paska bencana,
metode-metode epidemiologi dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan dari
masing-masing program intervensi. Kerjasama pengawasan epidemiologi dengan
manajemen bencana telah mengurangi secara dramatis, efek bencana ini pada
populasi yang terkena.
3.2. Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pendukung dalam
melakukan surveilans epidemiologi pasca bencana dan dapat dijadikan acuan untuk
kegiatan surveilans epidemiologi yang lebih baik lagi kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar