BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan
perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan
kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas kerja. Manajemen risiko kesehatan adalah proses
yang bertahap dan berkesinambungan. Tujuan utama manajemen risiko kesehatan
adalah menurunkan risiko pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan pekerja.1 Tujuan tersebut hanya akan tercapai
melalui kerja sama antara profesional kesehatan dan keselamatan kerja yang
membantu manajemen dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program kesehatan
kerja, dengan pengusaha yang bertanggung jawab
dalam menjamin kesehatan dan keselamatan perusahaan
pada tingkat yang setinggi tingginya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian Bahaya dan Risiko ?
2.
Apa
saja Bagan Manajemen Risiko ?
3.
Apa Teknik Identifikasi
Bahaya dan Risiko ?
4.
Apa Metode
yang Digunakan dalam Mengidentifikasi Bahaya dan Risiko ?
5.
Bagaimana Pemantauan Bahaya Potensial Lingkungan Kerja ?
6.
Bagaimana Analisis
Derajat Risiko Bahaya Kerja ?
7. Bagaimana Penilaian Hasil
Evaluasi Bahaya Kerja ?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui
Pengertian Bahaya dan Risiko
2.
Mengetahui
Bagan Manajemen Risiko ?
3.
Memahami Teknik
Identifikasi Bahaya
dan Risiko ?
4.
Memahami Metode
yang Digunakan dalam Mengidentifikasi Bahaya dan Risiko ?
5.
Memahami Pemantauan Bahaya Potensial Lingkungan Kerja ?
6.
Dapat Menganalisis
Derajat Risiko Bahaya Kerja ?
7. Dapat Memberikan Penilaian
Hasil Evaluasi Bahaya Kerja ?
BAB II
KONSEP MANAJEMEN BAHAYA DAN RISIKO 2
2.1 Konsep
identifikasi dan evaluasi bahaya risiko
2.1.1 Pengertian bahaya dan
risiko
•
Risiko : sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian,
kerusakkan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya.
•
Manajemen
Risiko : organisasi yang dapat
menerapkan metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut mampu
mengidentifikasi, mengevaluasi, memilih prioritas dan mengendalikan risiko
dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan jangka panjang.
Identifikasi
bahaya dan risiko merupakan langkah awal dan penting dalam penerapan K3. Dengan
melakukan identifikasi bahaya dan risiko ditempat kerja akan membantu dalam
menyusun dan mengembangkan program K3 yang diperlukan hal-hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. Jenis
pekerjaan
2. Bahan-bahan
yang digunakan
3. Mesin
dan peralatan yang digunakan
4. Jumlah
pekerja
5. Karakteristik
bangunan dan gedung
6. Cara
dan pola kerja
Tujuan Identifikasi Bahaya dan
Risiko
- Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko
- Untuk mengetahui sumber bahaya dan risiko
- Untuk mengetahui pekerja yang terpajan bahaya dan risiko
- Untuk mengetahui besaran bahaya dan tingkat risiko
- Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan
- Untuk mengetahui program yang diperlukan
2.1.2
BAGAN MANAJEMEN RISIKO
a. Identifikasi Bahaya
1 Pertimbangan :
v Kondisi dan kejadian yang
dapat menimbulkan bahaya
v Jenis kecelakaan yang
mungkin dapat terjadi
2 Aktifitas yang digunakan dalam idenifikasi bahaya:
ü Konsultasi dengan pekerja
ü Konsultasi dengan tim K3
ü Melakukan pertimbangan
ü Melakukan savety audit
ü Melakukan pengujian
ü Evaluasi Teknis dan keilmuan
ü Analisis rekaman data
ü Mengumpulkan informasi dari
desaigner, konsumen. Supplier dan organisasi
ü Pemantauan lingkungan dan
kesehatan
ü Melakukan survey terhadap
karyawan
* Tiga pertanyaan dasar untuk
identifikasi bahaya :
1. Apakah ada suatu sumber celaka /
bahaya ?
2. Siapa / Apa yang dapat celaka ?
3. Bagaimana dapat terjadi ?
CARA MELAKUKAN IDENTIFIKASI BAHAYA
* Mengidentifikasi seluruh
proses/area yang ada dalam segala kegiatan.
*Mengidentifikasi sebanyak mungkin
aspek K-3 pada setiap proses/area yg telah diidentifikasi sebelumnya.
* Identifikasi K-3 dilakukan pada
suatu proses kerja baik pada kondisi NORMAL , ABNORMAL ,
EMERGENCY dan MAINTENANCE
KATEGORI BESARNYA BAHAYA
* Untuk membantu proses
identifikasi bahaya dapat dikatagorikan, sbb:
1. Mechanical
2. Electrical
3. Radiation
4. Chemical
5. Fire and explosion
DAFTAR POTENSI BAHAYA
* Terpleset / Jatuh
* Jatuh dari ketinggian
* Kejatuhan benda asing
* Ruang untuk kepala yang kurang
* Bahaya dari Mesin
* Bahaya dari Kendaraan
* Kebakaran & Ledakan
* Zat yang terhirup
* Zat yg mencederai Mata
* Zat yg melukai kulit
* Bahaya listrik
* Radiasi
* Getaran
* Bising
* Pencahayaan
* Lingkungan terlalu Panas
* Kegiatan Kontraktor
* Huru hara
MENILAI RISIKO DAN SELEKSI PRIORITAS
Pengertian :
Merupakan proses untuk
menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan akibat
kerja. Tujuannya, menentukan prioritas untuk tindak lanjut karena tidak semua
aspek bahaya potensial dapat ditindak lanjuti.
Sasaran
penilaian risiko adalah: mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat
diambil untuk menghilangkan, mengurangi atau mengendalikanya sebelum terjadi
kecelakaan atau cidera atau kerusakan.
2.1 Metode Penilaian Risiko
- Untuk setiap risiko :
- Menghitung setiap insiden
- Menghitung konsekuensi
- Kombinasi penghitungan keduannya
- Menggunakan rating setiap resiko, mengembangkan daftar prioritas risiko kerja.
2.1 Menentukan Peluang besarnya
risiko
Faktor yang mempengaruhi
terjadinya peluang sebuah insiden :
- Frekuensi situasi terjadinya
- Berapa orang yang terpapar
- Keterampilan dan pengalaman orang yang terkena
- Karakteristik yang terlibat
- Durasi paparan
- Pengaruh posisi terhadap bahaya
- Distraksi
- Jumlah material atau tingkat paparan
- Kondisi lingkungan
- Kondisi peralatan
- Efektivitas pengendalian yang ada
2.3 Menentukan Konsekuensi
Faktor yang mempengaruhi
konsekuensi :
v Potensi pada reaksi berantai
v Konsentrasi substansi
v Volume material
v Kecepatan proyektil dan
pergerakkan bagiannya
v Ketinggian benda
v Jarak pekerja dari bahaya
potensial
v Berat pekerja
v Tingkat gaya dan energi
2.4Metode Pengendalian Risiko
- Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi
- Pendidikan dan pelatihan
- Pembangunan kesadaran motivasi
- Evaluasi melalui internal audit
- Penegakan hukum
2.5 Hirarki pengendalian risiko
2.6 PENERAPAN LANGKAH PENGENDALIAN
Tahapan – Tahapan Pengendalian
- Mengembangkan Prosedur Kerja
Tujuannya, sebagai alat pengatur dan pengawas terhadap
bentuk pengendalian bahaya yang kita pilih.
- Komunikasi
Menginformasikan pada pekerja tentang penggunaan alat
pengendali bahaya dan alasan penggunaannya.
- Menyediakan Pelatihan
Agar pekerja dan personel lainnya
lebih mengenal alat pengendali yang diterapkan
- Pengawasan
Memastikan alat pengendali bahaya potensial digunakan
secara benar.
2.7 MONITOR dan TINJAUAN
ü Pemantauan dan tinjauan risiko merupakan langkah terakhir
dalam proses ini dan harus dilakukan pada interval waktu sesuai dengan yang
ditetapkan dalam organisasi.
ü Untuk menentukan periode monitoring dan tinjauan
risiko tergantung pada :
1. Sifat
dari bahaya
2.
Magnitude risiko
3.
Perubahan Operasi
4.
Perubahan dari metode kerja
5.
Perubahan peraturan dan organisasi.
2.8 KUNCI MENGIDENTIFIKASI RISIKO
* Kapan, kenapa, dimana, bagaimana
kemungkinan terjadinya risiko & siapa tenaga yang dilibatkan.
* Apakah Sumber & akibat masing
- masing risiko ?
* Apakah banyak waktu yg terbuang,
biaya dan gangguan pemakai masing - masing risik ?
* Apakah pengawasan yang ada dapat
mengurangi risiko ?
* Apakah dibutuhkan penelitian
mendalam pada risiko tertentu ?
* Apakah lingkup penelitian ?
* Apakah sumber yang dibutuhkan
untuk melaksanakan penelitian ?
* Apakah informasi yang diperoleh
dapat dipercaya ?
2.1.2 Evaluasi
Bahaya dan Risiko
Evaluasi
risiko dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis risiko untuk
memutuskan tindakan selanjutnya (Pengendalian Risiko)
Tindak lanjut dapat berupa:
Apakah risiko yang ada memerlukan pengendalian.
Tindakan apa saja yang harus dilakukan.
Prioritas risiko yang akan dikendalikan.
Nilai risiko yang diperoleh dari hasil analisis dibandingkan
dengan
kriteria yang ditetapkan tentang batasan risiko yang bisaditolerir dan tidak.
- Tujuan Evaluasi Bahaya dan Risiko
- Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya dan risiko di tempat kerja
- Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang diperlukan
- The purpose of risk evaluation is to make decisions, based on the outcomes of risk analysis, about which risks need treatment and treatment priorities.
Dalam
melakukan evaluasi terhadap bahaya dan risiko diperlukan kriteria untuk
menentukan prioritasTingkat risiko yang bisa di terima (tolerable risk)
merupakan salah satu kriteria yang umum digunakan dalam mengevaluasi bahaya dan
risiko
2.2 Metode
Identifikasi Bahaya dan Risiko
Identifikasi bahaya dan risiko merupakan
langkah awal dan penting dalam penerapan K3. Dengan melakukan identifikasi
bahaya dan risiko di tempat kerja akan membantu dalam menyusun danmengembangkan
program K3 yang diperlukan. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi bahya
dan risiko dalam pekerjaan, antara lain:
Jenis pekerjaan
Bahan-bahan yang digunakan
Mesin dan peralatan yang digunakan
Jumlah pekerja
Karakteristik bangunan dan gedung
Cara dan pola kerja
Adapun
tujuan identifikasi bahaya dan risiko ialah :
Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko
Untuk mengetahui sumber bahaya dan risiko
Untuk mengetahui pekerja yang terpajan bahaya dan
risiko
Untuk mengetahui besaran bahaya dan tingkat risiko
Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan
Untuk mengetahui program yang diperlukan
Proses
identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus mempertimbangkan:
• Aktifitas
rutin dan non rutin
• Aktifitas dari
semua indifidu yang memilii akses ke tempat kerja termasuk kontraktor
• Perilaku masnusia,kemampuan dan factor manusia lainya
• Perilaku masnusia,kemampuan dan factor manusia lainya
• Identifikasi
semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan efek
terhadap kesehatan dan keselematan manusia yang berada dalam perlindungan organisasi
di dalam tempat kerja
• Bahaya yang
timbul di sekitar tempat kerja dariaktifitas yang berkaitan dengan pekerja yang
berada di bawah kendali organisasi
Instruktur,peralatan dan material di tempat kerja ,apakah yang di sediakan organisasi atau pihak lain
Instruktur,peralatan dan material di tempat kerja ,apakah yang di sediakan organisasi atau pihak lain
• Perubahan atau
rencana perubahandalam kegiatan organisasi,kegiatanya atau material
• Modifikasi pada system manajeman K3,termasuk perubahan sementara dan dampaknya terhadap organisasi,proses dan aktifitas
• Modifikasi pada system manajeman K3,termasuk perubahan sementara dan dampaknya terhadap organisasi,proses dan aktifitas
• Setiap
persyaratan legal yang dapat di berlakuakan berkaitan dengan penegendalaian
resiko dan implementasi dari penegendalaian yang di perlukan
• Rancanagan
dari lingkungan kerja,proses,instalasi,permesianan/peralatan,prosedur operasi
dan organisasi kerja,termasuk adaptasi terhadap kemampuan manusia
2.2.1 Teknik identifikasi
bahaya dan risiko
Banyak
teknik identifikasi yang salah satunya dapat dipilih sebagai yang paling
efektif di organisasi tertentu atau yang dapat menyediakan informasi yang
dibutuhkan dalam proses tertentu. Teknik-teknik tersebut meliputi :
- Survei keselamatan kerja
·
Kadang dinamakan inspeksi
keselamatan kerja
·
Inspeksi umum terhadap seluruh area
kerja
·
Cendrung kurang rinci dibanding
teknik-teknik lainnya
·
Memberikan gambaran yang menyeluruh
tentang keadaan pencegahan kecelakaan di seluruh area kerja tertentu
- Patroli Keselamatan Kerja
·
Inspeksi terbatas pada rute yang
ditentukan terlebih dahulu
·
Perlu merencanakan rute berikutnya
untuk memastikan cakupan menyeluruh atas area kerja
·
Mempersingkat waktu setiap inspeksi
- Pengambilan Sampel Keselamatan Kerja
·
Melihat pada satu aspek kesehatan
atau keselamatan kerja saja
·
Fokuskan perhatian untuk mengerjakan
identifikasi lebih rinci
·
Perlu merencanakan serangkaian
pengambilan sampel untuk mencakup seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
- Audit Keselamatan Kerja
·
Inspeksi tempat kerja dengan teliti
·
Lakukan pencarian untuk mengidentifikasi
seluruh jenis bahaya
·
Jumlah seluruh jenis bahaya yang
teridentifikasi harus dicatat
·
Dapat dikembangkan menjadi system
peringkat untuk mengukur derajat ‘kesehatan dan keselamatan kerja’ di
perusahaaan
·
Audit ulang perlu dilaksanakan untuk
menilai perbaikan-perbaikan apa saja yang sudah dilakukan
·
Bisa menyita waktu
- Pemeriksaan Lingkungan
·
Dilakukan berdasarkan pengukuran kosentrasi zat-zat
kimia diatmosfer
·
Dapat mengidentifikasi kemungkinan
bahaya terhadap kesehatan di tempat kerja
·
Mencatat pembacaan secara
berturut-turut dapat menunjukkan peningkatan atau kebalikannya
·
Pemeriksaan dengan ‘sampel kasar’
sangat tidak akurat dan bisa sangat mahal
·
Instrumen elektronik memang mahal
namun memberikan pembacaan tepat dan
akurat
·
Insrtumen elektronik dapat digunakan
terus menerus dalam jangka waktu panjang
- Laporan Kecelakaan
·
Dibuat setelah kecelakaan
·
Kecelakaan kecil perlu dicatat dan
juga kerugian berupa kehilangan waktu
·
Informasi yang diperoleh dari
laporan kecelakaan
·
Laporan harus dapat mengidentifikasi
tindakan pencegaha yang perlu dilakukan
- Laporan Kecelakaan yang Nyaris Terjadi
·
Laporan insiden-insiden dalam
keadaan yang sedikit berbeda data
menyebabkan kecelakaan
·
Memerlukan budaya keselamatan kerja
yang tepat agarefektif
- Masukan dari Para Karyawan
·
Secara formal dapat diperoleh
melalui komite keselamatan keja
·
Membutuhkan budaya ‘tidak saling
menyalahkan’ untuk memberanikan pekerja melaporkan masalah
·
Para pekerja sering lebih mengetahui
dan dapat menyampaikan apa yang perlu dilakukan
·
Perlu umpan balik ke pekerja dalam
bentuk tindakan untuk mempertahankan redibilitas manajemen
Pemilihan metode yang digunakan
bergantung pada jenis dan besarnya
potensi kerugian yang mungkin terjadi bila metode tersebut
dilaksanakan. Penggunaan metode
identifikasi yang membutuhkan waktu dan biaya yang besar biasanya digunakan
untuk bahaya yang berisiko tinggi.
Perbedaan tingkat konsekuensi dan probabiliti suatu risiko akan
memerlukan metode yang berbeda. Untuk mengetahui besaran bahaya dan risiko
tertentu diperlukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur
menurut
jenis bahaya dan risiko yang ada.
Contoh:
Tingkat kebisingan, getaran, radiasi, pencahayaan, temperatur
Konsentrasi gas/uap kimia di udara lingkungan kerja
2.2.2 Metode
yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko:
v Metode
proaktif
Metoda terbaik
untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari bahaya sebelum
bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan:
Tindakan proaktif memiliki kelebihan:
• Bersifat preventif
karena bahaya di kendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera
• Bersifat peningkatan berkelanjutan(continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat di lakukan upaya perbaikan
• Bersifat peningkatan berkelanjutan(continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat di lakukan upaya perbaikan
• Meningkatkan
“awareness” semua pekerja setelah mengetahui dana mengenal adanya bahaya di
sekitar tempat kerjanya,dan
• Mencegah
pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan
kerugian.misalanya ada katub yang bocor tanpa di ketahui maka akan terus
menerus mengeluarkan bahan /bocoran sehinggga dapat mrnimbulkan kerugian.
Terdapat
berbagai teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif anatara lain:
• Data kejadian
• Data kejadian
• Daftar periksa
• Brainstorming
• What is
analysis
• Hazops(Hazard
and Operability Study)
• Analisa Moda
Kegagalan dan Efek(Falure Mode and Effect Analysis)
• Task Analysis
• Event Tree
Analysis
• Analisa Pohon
Kegagalan(faul Tree Analysis)
• Analisa
Keselamatan Pekerja(Job Safety Analysis)
Masih banyak
teknik lainya yang di kembangkan oleh para ahli K3.Berbagai teknik ini dapat di
terapkan sepanjang daur hidup organisasi mulai dari tahap pengembangan sampai
ke operasi
v Metode semi
proaktif
Teknik ini
di sebut juga teknik belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri.Teknik ini lebih baik karena tidak perlu mengalami
sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun tekni ini juga kurang
efektif karena:
• Tidak
semua bahaya telah di ketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian
kecelakaan
• Tidak
semua kejadian di laporkan atau di informasikan kepada pihak lain untuk di
ambil sebagai bahan pelajaaran
•
Kecelakaaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun
menimpa pihak lain
Sejalan dengan hal ini, OHSAS 18001
mensyratkan untuk melakukan penyelidikan kecelakaan sebagai Lesson Learning
agar kejadian serupa tidak telung kembali.Akan tetapi, masih ada aggapan bahwa
kecelakaan merupakan aib bagi perusahaan, sehinggga data-data dan informasi
tentang kejadian sulit di peroleh.Jika di ekspose.Mungkin kejadianya sudah di
poles sedemikan rupa sehinga tidak sesuai lagi dengan fakta kejadian
sebenarnya.
2.3 Metode Evaluasi Bahaya dan
Risiko
Evaluasi
bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat menetapkan
seberapa besar risiko bahaya kerja yang ditemukan di tempat kerja. Pengukuran
objektif dosis bahaya kerja yang diterima oleh pekerja merupakan komponan
penting pada manajemen evaluasi bahaya kerja. Akan tetapi sebaiknya pada awal
tahap ini, tindakan pengendalian pada bahaya kerja serius , yang ditemukan pada
tahap identifikasi bahaya kerja, sudah harus dilaksanakan tanpa menunggu hasil
pengukuran yang objektif.
Evaluasi
dan pengelolaan risiko adalah langkah lebih lanjut dari proses manajemen
risiko. Dimana tahapan manajemen risiko sesungguhnya mulai dari identifikasi
risiko yang terdiri dari pembuatan daftar kategorisasi risiko,lalu
mendeskripsikan risiko.
Berdasarkan
hasil pengukuran objektif yang telah disimpulkan, pada tahap berikutnya dapat
diperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja yang ditemukan, besarnya
kemungkinan dan frekuensi terjadinya ganguan kesehatan.kecelakaan kerja, serta
derajat pajanan bahaya kerja yang terjadi.
Selanjutnya
adalah pengelolaan risiko yang terdiri dari estimasi awal risiko, yaitu
mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi bila risiko terjadi dengan
menggunakan system scoring misalnya cara NHS. Kemudian evaluasi terhadap risiko
yang telah diestimasi dengan toleransi
skor risiko yang disarankan oleh NHS adalah 6. Bila skornya lebih besar
dari 6 mitigation cukup dimasukkan kedalam daftar risiko saja. Namun bila skor
risiko kurang dari 6 selain dimasukkan dalam daftar juga harus dibuatkan
rencana tindak lanjutnya.
Langkah
berikutnya memutuskan tindakan untuk mengelola risiko. Dengan cara memilih dan
menerapkan kegiatan yang sesuai lalu mengontrol atau memodifikasi risiko.
Pilihan kegiatannya dapat berupa: mengambil kesempatan untuk kondisi ada
kemungkinan keuntungan lebih besar dibanding kerugiannya, mentoleransi risiko
secukupnya dalam level yang masih dapat ditoleransi, mentransfer risiko kepada
pihak ketiga seperti asuransi atau yang terakhir bisa dengan menghentikan
aktivitas yang menimbulkan risiko.
Eskalasi
risiko terjadi bila pada proses mendefinisian dan memasukkan kedalam register
membuat terjadinya perubahan level risiko. Hal ini akan menekan manajemen untuk
mengambil tindakan yang memungkinkan, diantaranya; menerima risiko apa adanya,
merubah atau memodifikasi risiko atau menolak eskalasi risiko.
Beberapa
kejadian yang mungkin menjadi risiko dalam kegiatan sehari-hari dirumah sakit
adalah adverse event dan risiko klinis. Adverse incident adalah kejadian atau
kondisi yang dapat membawa kerugian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan
pada orang, property atau organisasi. Risiko klinis adalah kejadian yang tidak
pasti atau sekelompok kejadian yang bila itu terjadi akan memberikan efek
negative kepada layanan pasien.
2.3.1 Pemantauan Bahaya Potensial
Lingkungan Kerja
Tiga langkah utama dalam pemantauan bahaya lingkungan kerja
terhadap kesehatan seorang pekerja yaitu :
1. Pengenalan atau penemuan
bahaya/masalah potensial di lingkungan kerja.
2. Evaluasi dari faktor-faktor bahaya
potensial di lingkungan kerja.
3. Pengendalian/Penanggulangan dari
bahaya/masalah potensial yang ada.
Dari ketiga langkah tersebut perlu dilaksanakan secara
berurutan dan kontinu (berkelanjutan). Berikut penjelasannya :
1. Pengenalan/penemuan bahaya
potensial di lingkungan kerja
Pengenalan dari berbagai bahaya potensial dan risiko
kesehatan di lingkungan kerja biasanya dilakukan pada waktu survey pendahuluan
dengan cara melihat atau mengobservasi dan mengenal (walk through
survey) yang merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam upaya
kesehatan lingkungan kerja. Pada waktu survey pendahuluan, beberapa masalah
yang mudah dikenali biasanya masalah bahaya potensial fisik seperti kebisingan,
bau, suhu, getaran, sedangkan bahaya potensial seperti zat kimia, radiasi, gas
dan bahaya potensial biologi sulit untuk dikenali.
Sebelum
dilakukan survey pendahuluan hendaknya diupayakan mendapat informasi mengenai
segala sesuatu keterangan yang menggambarkan bahan baku, bahan tambahan, proses
produksi, hasil antara, hasil akhir dan hasil sampingan berupa limbah, jalur
pengangkutan, cara kerja, peralatan kerja, dan data pekerja meliputi jumlah dan
status kesehatan.
Disamping
itu, perlu dipertimbangkan zat-zat kimia/gas yang kemungkinan dapat terbentuk
pada proses produksi serta efek yang kemungkinan akan terjadi akibat pengaruh
dari bahaya potensial terhadap kesehatan pekerja.
2. Evaluasi dari faktor-faktor
bahaya potensial pada lingkungan kerja
Merupakan
tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi bahaya yang mungkin dapat
ditimbulkan dari lingkungan kerja. Olehnya itu, kegiatan evaluasi ini dapat
digunakan untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan yang dapat
timbul.
Kegiatan
evaluasi terhadap tingkat pemajanan dan bahaya potensial di lingkungan kerja
dilakukan melalui pengamatan langsung yang ditentukan secara kualitatif dan
kuantitatif melalui berbagai teknik pengukuran, misalnya pengukuran tingkat
kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, kuat cahaya, analisis patikel udara
di tempat kerja, dll. Hasil yg diperoleh kemudian dibandingkan dengan aturan
yang berlaku yaitu Nilai Ambang Batas (NAB).
3. Pengendalian Bahaya Potensial
di Lingkungan Kerja
Kegiatan
pengendalian lingkungan kerja merupakan uapaya untuk mengurangi atau
menghilangkan pajanan terhadap zat/bahaya yang berbahaya di lingkungan kerja.
Hal ini bisa dijelaskan dengan Teori Simpul Pengamatan/Pengendalian oleh Prof.dr.
Umar Fahmi Achmadi,Ph.D yaitu :
o
———– o ———— o ———— o
A
B
C
D
SIMPUL
A = Sumber potensi bahaya
SIMPUL
B = Zat berbahaya berada di lingkungan
SIMPUL
C = Zat mulai masuk tubuh
SIMPUL
D = Zat mulai mempengaruhi kesehatan manusia dengan kemungkinan :
- Tidak Menyebabkan gangguan kesehatan
- Menimbulkan gangguan Kesehatan dengan kemungkinan individu jelas sakit atau Gejalanya Samar-samar/subklinis.
Simpul – Simpul diatas merupakan simpul
pengamatan sekaligus merupakan simpul pengendalian, misalnya :
1.
Pada Simpul A, tindakan yang perlu
dilakukan, idealnya adalah menghilangkan sumber, bila tak mungkin dengan cara
substitusi bahan yang kurang berbahaya.
2.
Pada Simpul B, misalnya uap berbahaya
yang berada di ruangan dihilangkan dengan jalan menghisap keluar (exhauster
ventilation) / menggunakan ventilasi yg baik.
3.
Pada Simpul C yakni pada saat akan
memasuki tubuh manusia, misalnya dapat dicegah dengan pakaian pelindung/alat
pelindung diri.
4.
Pada Simpul D, bila zat yang berbahaya
terlanjur masuk tubuh maka dilakukan Bio marker (Penanda biologis, misalnya :
darah, urine, dsb) untuk monitoring dengan standart NAB, kalau perlu dengan
pemberian antagonisnya.
Pengendalian
pada Simpul A dan Simpul B adalah PENGENDALIAN LINGKUNGAN, Sedangkan
Pengendalian Pada Simpul C dan Simpul D merupakan PENGENDALIAN PERORANGAN.
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan dalam Pengendalian
Lingkungan Kerja yaitu :
1. Desain dan tata letak yg adekuat
(konstruksi bangunan dan tata letak peralatan/material yang baik dan sesuai)
sehingga pekerja dpt bekerja efisien & efektif serta dapat memberikan
perlindungan yang optimal dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi
pekerja.
2. Penghilangan atau pengurangan bahan
berbahaya pada sumbernya, antara lain : penghentian proses, substitusi,
isolasi, ventilasi, metode basah dan tata kerumahtanggaan yang baik
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan dalam Pengendalian
Perorangan yaitu Melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku serta
disiplin kerja para pekerja dengan :
1. Cara kerja yang baik dan benar.
2. Tersedianya Alat Pelindung Diri dan
ketaatan dalam pemakaiannya.
3.
Pembatasan waktu pajanan (Jam Kerja,
Cuti, dll)
4. Kebersihan perorangan.
5. Pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja dan secara berkala untuk penemuan dini gangguan kesehatan.
6. Penerapan prinsip K3 dan ergonomi.
Selain pengendalian Lingkungan dan Perorangan, maka dalam
menghadapi bahaya yang timbul ditempat kerja perlu diadakan Program Pelayanan
Kesehatan kerja yang meliputi Pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif.
2.3.2 Analisis Derajat Risiko
Bahaya Kerja
Agar
dapat mendahulukan pengendalian bahaya kerja yang dapat berakibat paling buruk
atau bahaya kerja yang paling sering terjadi, tahap evaluasi bahaya kerja
selanjutnya adalah menganalisis derajat risiko bahaya kerja untuk menentukan
beratnya risiko dan besarnya kemungkinan bahaya kerja yang mungkin terjadi.
1. Klasisfikasi
berat risiko bahaya kerja yang terjadi:
a. Sangat
berat (catastrophic) – dapat mengakibatkan kematian atau khancuran seluruh
property berserta fasilitas yang ada di dalamnya.
b. Berat
(critical) – dapat mengakibatkan ganguan kesehtan akibat kerja yang berat atau
kerusakan property dalam skala besar.
c. Sedang
(marginal) – dapat mengakibatkan gangguan kesehatan akibat kerja yang ringan,
biasanya mengakibatkan pekerja tidak dapat masuk kerja untuk beberapa hari,
atau kerusakan property dalam skala kecil.
d. Ringan
(negligible) – kemungkinan tidak berpengaruh dalam kesehatan dan keselamatan
pekerja, tetapi jalas dalam kondisi yang menyalahi syarat-syarat kesehatan
kerja yang baik.
2. Klasifikasi
kemungkinan dan frekuensi risiko terjadinya bahaya kerja.
a. Kemungkinan
terjadi dalam waktu yang sangat pendek setelah terpajan pada suatu bahaya
kerja.
b. Kemungkinan
besar akan terjadi pada suatu waktu
c. Ada
kemungkinan untuk terjadi apda suatu waktu.
d. Sangat
tidak mungkin terajadi.
2.3.3 Penilaian Hasil
Evaluasi Bahaya Kerja
Penilaian
hasil evauasi bahaya kerja merupakan hasil rangkuman peninjauan semua factor
yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia.penilaian ini akan memberikan
fakta dan kemungkinan ayang relevan sehingga, memudahakan penetapan langkah
berikutnya dalam pengendalian risiko bahaya kerja.
Dengan
mempertimbangan criteria risiko masing-masing bahaya kerja, dapat ditetapkan
prioritas risiko bahya kerja sebagai berikut:
1. Risiko
ringan: kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat yang ditimbulkannya
ringan maka bahaya kerja ini dapat diabaikan.
2. Risiko
sedang: kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi akibat yang
ditimbulkannya cukp berat, atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan manajemen
risiko khusus.
3. Risiko
berat: sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka harus
dilaksanakan penganggulangan sesegara mungkin.
BAB III
KONSEP MANAJEMEN BAHAYA DAN RISIKO 2
3.1
Kesimpulan
Manajemen Resiko Merupakan
kegiatan manajemen yang dilakukan pada tingkatan, tingkat pimpinan
pelaksana . yaitu kegiatan penemuan dan analisis sistimatis atas
kerugian kerugian yang mungkin dihadapi oleh badan usaha,akibat suatu
resiko serta metode yang paling tepatuntuk menaggani kerugian tersebut yang
dihubungkan dengan tingkat profitabilitas badan usaha. Analisa
Risiko/Risk Analysis merupakan kegiatan
analisa suatu risiko dengan cara menentukan besarnya kemungkinan/probability
dan tingkat keparahan dari akibat/consequences suatu risiko. Penilaian Risiko/Risk
Assessment adalah penilaian
suatu risiko dengan cara membandingkannya terhadap tingkat atau karena risiko
yang telah ditetapkan. Manajemen
Risiko merupakan penerapan secara
sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan akitivitas dalam kegiatan
identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan pemantauan serta review
risiko.
3.2
Saran
Manajemen
risiko dan bencana berguna
untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit, sehingga
ada baiknya kita menggunakan konsep ini, agar masalah-masalah yang datang dan
yang akan datang dapat kita atasi, sesuai dengan konsep yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
John
ridley. Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2008. Jakarta : Erlangga.
HENDRA.2010.
identifikasi dan evaluasi bahaya dan risiko. http://staff.ui.ac.id/internal/132255817 material/
Sesi5IdentifikasidanEvaluasiBahayadanRisiko.pdf. Diakses pada tanggal 25 Januari
2012 pukul 14:35 WIB.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-resiko-definisi-dan-manfaat.html. Diakses pada tanggal 18 Februari 2012. Pukul 19.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar